Permukaan bumi yang mempunyai letak lintang dan ketinggian
berbeda-beda akan memiliki unsur cuaca/iklim yang berbeda-beda pula:
1. Kaitanya
dengan permukaan tanah
a Hanyutnya lapisan tanah
b Terbentuknya jurang2
c Gunung-gunung yang tinggi menjadi datar
d Banyaknya delta2 di muara sungai
2. Kaitanya
dengan vegetasi
Banyak tidaknya populasi di suatu tempat
a.Iklim dapat membatasi/mendukung kegiatan
manusia
b.Perubahan keadaan iklim berpengaruh terhadap
kesehatan mereka
1. Jenis-jenis Vegetasi Alam
Menurut Iklim
Tumbuh-tumbuhan yang hidup secara alami disebut flora atau
vegetasi
Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam
Bentang lahan adalah gabungan dari bentuk lahan, yaitu
kenampakan tunggal seperti bukit atau sebuah lembah sungai. Kombinasi dari
kenampakan-kenampakan tersebut membentuk suatu bentang lahan. Bentang alam
adalah bagian yang tampak langsung di alam seperti permukaan tanah, vegetasi,
dan daerah perairan. Perubahan bentang alam relatif sangat kecil jika
dibandingkan dengan bentang budaya.
Iklim di suatu tempat dapat mencerminkan sejauh mana
kemajuan peradaban dan kebudayaan di suatu tempat. Hal tersebut terjadi karena
faktor berikut.
a) Iklim dapat membatasi atau mendukung aktivitas dan perilaku
manusia
- Manusia
cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya
di daerah beriklim sedang, artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan
terdapat sumber air.
- Bidang-bidang
usaha tertentu seperti pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh
kondisi iklim yang ekstrem yaitu terlalu dingin, panas, atau kering.
b) Kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan
iklim
- Penyakit
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria
terjadi pada musim penghujan dan terjadinya genangan-genangan air.
- Penyakit
diare dan muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang
biasanya disebabkan oleh sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang
kurang karena pengaruh hujan.
2) Iklim dan Pengaruhnya terhadap Jenis-Jenis Vegetasi
Alam
Faktor iklim suatu daerah berpengaruh
besar terhadap persebaran floranya, terutama jumlah hujan dan temperaturnya.
Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun karena suhu rata-rata yang cukup
tinggi dan didukung persediaan air yang cukup. Kondisi ini lain dengan
negaranegara di daerah subtropis yang mengalami musim gugur. Di Indonesia
terdapat perbedaan jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang
satu dengan daerah yang lain.
Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu, flora di
Indonesia dibagi menjadi sebagai berikut.
a) Hutan Hujan Tropis
Hutan ini terdiri dari
tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di daerah dengan suhu
tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup seperti kamper,
meranti, kruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain adalah adanya
tumbuhan epifit yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut, antara lain,
anggrek dan rotan.
b) Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan yang
keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh musim, disebut juga hutan
meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang daun-daunnya meranggas di musim
kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini dapat ditemui
pada daerah beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya musim gugur
dan musim semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa dan Sulawesi
yang berupa hutan jati, sengon, dan akasia.
c) Sabana
Sabana merupakan padang rumput yang
berselang-seling dengan semak belukar dan berada pada daerah dengan suhu yang
tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia sabana terdapat di Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di sebagian Sulawesi Tengah.
d) Stepa
Stepa merupakan padang rumput di
daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara tinggi. Di Indonesia stepa
dapat ditemui di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
3) Hubungan Ketinggian Tempat dengan Jenis Vegetasi
Makin tinggi suatu tempat dari
permukaan laut, suhunya akan semakin dingin. Oleh karena itu, suhu di daerah
pegunungan lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah.
J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan dari Jerman,
telah membagi kelompok tumbuhan menurut tinggi rendahnya suatu tempat yang
didasarkan pada tanaman perkebunan, sebagai berikut:
a) daerah
panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl, merupakan areal yang tepat
untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti: cokelat, kopi, karet, tembakau,
dan kelapa;
b) daerah
sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl, merupakan areal yang
tepat untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh, dan kina;
c) daerah
dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan areal yang tepat
untuk jenis tanaman cemara;
d) daerah
sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500 meter, merupakan areal yang
tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
e) daerah
salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan areal yang tidak mampu
ditumbuhi tanaman karena permukaannya diliputi salju.
4) Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan Tanah dengan Jenis
Vegetasi
Bentang lahan dengan tanah subur yang
berasal dari material vulkanis merupakan tempat yang biasa ditumbuhi oleh hutan
lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya. Daerah ini mempunyai jenis
tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan heterogen. Bentang lahan
dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus yang biasanya merupakan
lapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar, rumput,
dan alang-alang. Bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah lumpur
yang biasa disebut daerah rawa, didominasi oleh tumbuhan hutan mangrove
(bakau).
5) Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Di dunia komunitas organisme tumbuhan
dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang tersebar sepanjang perubahan
kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Padang Rumput
Daerah padang rumput mempunyai
kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada
beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm
b) Gurun
Daerah
Gurun mempunyai kisaran curah hujan
sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak
teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang
rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari
padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya
matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari
dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada
siang dan malam hari sangat besar.
c) Tundra
Daerah tundra memiliki dua musim
yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta
terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan
terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara.
d) Hutan Basah
Hutan-hutan basah tropika di seluruh
dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan
di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga
memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas
hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah
tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian
Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.
Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai
dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung
(canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Kelembapan di hutan basah
tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan
yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang
merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
e) Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim
sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan
merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula
musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana
beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin. Musim gugur
adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba.
f) Taiga
Taiga adalah hutan pohon pinus yang
daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies
pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia,
Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara
lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula),
dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas,
berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.
d. Gejala Alam Penyebab Perubahan Iklim Global
Faktor-faktor berupa gejala alam yang
menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia, antara lain: gejala
meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut Efek Rumah Kaca, kondisi yang
menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El Nino, dan kondisi
yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebutLa Nina.
1) Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah terjadinya
peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya gas pencemar di
dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, dan semua
sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menggunakan bahan bakar bensin,
solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan gas buang berupa: CO2, CO,
NO2, SO2,, HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4. yang
terus meningkat jumlahnya. Besarnya CO2 dan gas pencemar lain
yang terakumulasi semakin hari semakin tinggi, hal tersebut menghambat radiasi
sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. Sinar matahari sebagian
dipantulkan oleh akumulasi gas-gas pencemar tersebut kembali ke angkasa, tetapi
tertahan oleh gas lain yang kembali dipantulkan ke bumi yang berakibat semakin
panasnya udara di permukaan bumi
2) El Nino
El Nino adalah terjadinya pemanasan
temperatur air laut di pantai barat Peru–Ekuador yang
menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang mengganggu setiap dua
tahun sampai tujuh tahun sekali. Ekuador. Peristiwa
tersebut mengakibatkan angin yang menuju Indonesia hanya membawa uap air yang
sedikit sehingga kemarau yang sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat
peristiwa tersebut juga dirasakan di Australia dan Afrika Timur. Sementara itu,
di Afrika Selatan justru terjadi banjir besar dan menurunnya produksi ikan
akibat melemahnya up-welling. Kemarau panjang akibat El Nino biasanya disertai
dengan kebakaran rumput dan hutan. Pada tahun 1994 dan 1997, baik Indonesia
maupun Australia mengalami kebakaran akibat peristiwa El Nino.
3) La Nina
Peristiwa La Nina merupakan kebalikan
dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La Nina berawal dari melemahnya
El Nino sehingga air laut yang panas di pantai Peru dan Ekuador bergerak ke
arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah ke kondisi semula (dingin)
sehingga up-welling muncul kembali sehingga kondisi cuaca kembali normal.